Infobeken.com, Jakarta – Menyambut tahun baru 2025 membuka lembaran baru bagi perkembangan olahraga catur di Indonesia. Apalagi dengan dibangunnya Museum Catur Nasional di kompleks Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) Bekasi, Jawa Barat.
Museum Catur yang diberi nama “Check Mate” merupakan gagasan Pembina PB Percasi, Ir. Eka Putra Wirya dalam memberikan wadah dan memajukan olahraga catur di Indonesia.
Dibangunnya Museum Catur dikawasan SCUA merupakan suatu ide dan pemikiran yang berlian. Karena melalui SCUA benyak melahirkan bibit – bibit pecatur muda yang kini sudah bertitel Grand Master (GM).
” Museum Catur yang dilengkapi berbagai alat pendukung seperti cerita dan diorami perjalanan pecatur nasional maupun dunia melalui berbagai berita dalam kliping – kliping koran dan hasil prinout berbagai media internet. Dengan harapan para pecatur junior maupun masyarakat umum yang datang akan tertarik menjadi pecatur handal seperti idolanya, “jelas Ir. Eka Putra Wirya.
Ir. Eka Putra Wirya mengaku, melalui berbagai kenangan perjalanan para pecatur nasional maupun dunia yang disajikan dalam Museum, diharapkan dapat mencatat dan kenangan atau sejarah bagi pertumbuhan pecatur dunia.
Para pecatur dari seluruh Indonesia khususnya dan Dunia pada umumnya akan datang untuk belajar dan menyaksikan Museum Catur yang penuh sejarah, bagi perkembangan prestasi Catur dimasa mendatang.
Untuk itu katanya, Museum Catur akan dilengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan bagi pendatang yang menyaksikannya. Baik lokasi tempat istirahat, cafe dan berbagai aksesoris yang diperlukan nantinya.
Dengan begitu, Museum Catur akan memberikan kenyamanan bagi semua masyarakat yang ingin mengetahui dan belajar olahraga Catur di kawasan SCUA Bekasi, Jawa Barat.
Kolaborasi
Adanya Museum Catur yang menjadi satu lokasi dengan SCUA sangat berkolaborasi dan menunjang bagi perkembangan Catur di Tanah Air. Karena SCUA merupakan tempat penempaan dan belajar Catur bagi siswa yang terjaring masuk Pelatnas.
Pengalaman dan mendapat tempaan ilmu di SCUA juga dirasakan para pecatur senior seperti GM Susanto Megaranto, MI Tirta Chandra dan pecatur muda GM Novendra Priasmoro,Yoseph Taher, Sean Winsheand, dan kini muncul pecatur berbakat MI Aditya Bagus.
Perjalanan Aditya Bagus dalam dunia Catur cukup gigih dan tidak mau menyerah untuk mengejar prestasi optimal. Di tahun – tahun terakhir 2024 meraih juara di kelompok open JAPFA Rated Chess Tournament.
Sebelumnya Aditya Bagus meraih dua piala di Pattaya Open, Thailand 18 Oktober 2024. Adit keluar sebagai runner up di nomor catur standar dan juara di nomor catur kilat dan mendapat hadiah total 1.100 dolar AS.
Tak berhenti sampai disitu saja pada tahun yang sama di 2024 Aditya Bagus terus mempertajam prestasinya. Semua itu dibuktikan saat tampil di turnamen Sunway Sitges Chess Festival di Sitges, Spanyol, 22 Desember 2024 dan masuk peringkat 18 dari 267 peserta asal 54 negara.
Tampil tanpa mengenal lelah dan menyerah untuk menggapai prestasi puncak patut diberikan acungan jempol dalam mengejar GM Norma yang ketiga. Hal itu tentunya akan diikuti pecatur junior lainnya untuk menggapai prestasi tertinggi dalam dunia Catur.
Lain pecatur putra, lain pula yang dialami pecatur putri. Dalam perkembangannya ada pecatur elit wanita yang dimiliki PB Percasi pimpinan Utut Adianto yang juga merasakan tempaan di SCUA.
Para pecatur elit dan kini terus berkiprah diberbagai event nasional maupun internasional adalah GMW Irene Kharisma, GMW Medina Warda Aulia, Mi Chelsi Monica Sihite, MI Dewi Adhiani Citra, dan Ummi Fisabilillah.
Diakhir tahun 2024 dan menyambut tahun baru 2025 GMW Irene Kharisma memberikan kado “terindah ” bagi dunia Catur di Tanah Air yang tembus diperingkat 9 besar dunia saat tampil dalam kejuaraan Catur cepat. Prestasi itu juga merupakan hadiah bagi PB Percasi dan SCUA yang pernah mendidiknya hingga mencapai prestasi gemilang.
“Semua prestasi yang dihasilkan para pecatur nasional akan tercatat dan menjadi sejarah yang diabadikan di Museum Catur “Check Mate” yang terletak di kompleks SCUA Bekasi, ” tambah Ir. Eka Putra Wirya.
Semua itu diakui pecatur asal Malang, Nayaka yang sudah mengikuti Pelatnas Catur dan pernah tinggal di kawasan kompleks SCUA Bekasi, Jabar.
“Semenjak terjaring masuk Pelatnas Catur di SCUA, terasa nyaman melakukan latihan setiap harinya mulai pukul 13.00 hingga 17.00,”cerita Nayaka.
Selama mengikuti Pelatnas juga tanpa meninggalkan kewajiban sekolah tiap harinya melalui online. Dengan begitu katanya, keperluan sekolah dan ilmu meningkatkan prestasi olahraga Catur bisa sejalan.
“Melalui olahraga Catur saya ingin menggapai prestasi dan kehidupan yang cerah dimasa mendatang. Hal itu harus saya kejar dan berusaha seoptimal mungkin melalui latihan rutin seperti di SCUA, ” kata Nayaka.
Apalagi saat ini SCUA ditunjang dengan adanya Museum Catur yang sudah rampung menyambut tahun baru 2025. Tentunya akan menjadi cambuk bagi para pecatur mengikuti para senio yang mencapai sukses ditingkat internasional, seperti GM Utut Adianto yang mencapai GM Super dan kini menjadi Ketua Umum PB Percasi. (mak)
No Comments